EKSISTENSI TRADISI PETILASAN SYEH JAMBUKARANG DI KABUPATEN PURBALINGGA





NAMA: AMIN SUYUTHI
NIM: 3401409069
ROMBEL: 1

M. KULIAH: METODE PENELITIAN KUALITATIF
UNIVERSITAS NEGERI SEMARAG
2011



DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTES ILMU SOSIAL
PROPOSAL
NAMA : AMIN SUYUTHI
NIM: 3401409069
PRODI: PENDIDIKAN SOSIOLOGI dan ANTROPOLOGI
JURUSAN: SOSIOLOGI dan ANTROPOLOGI
I.                   JUDUL SKRIPSI
EKSISTENSI KEBUDAYAAN RITUAL PETILASAN SYEKH JAMBUKARANG di KABUPATEN PURBALINGGA
II.                LATAR BELAKANG
Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki bayak sekali kebudayaan. Setiap daerah memiliki kebudayaan yag berbeda dan latar belakang yag berbeda pula. Ini menjadikan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang majemuk dan plural. Kebudayaan pada setiap daerah beritikan adat istiaday yang pada dasarnya menjadi pedoman hidup bagi masyarakat yang medukung keberlangsungan kebudayaan tersebut. Nilai-nilai budaya yang dianggap luhur oleh masyarakat pendukungnya cenderung aka diwariska turun temurun kepada generasi selajutnya secara lisan dengan tidakan atau perbuatan sesuai dengan budaya yang ada dalam masyarakat tersebut.
Masyarakat Indoesia adalah masyarakat yang memiliki struktur yang bercorak majemuk.Kusumohamidjo(2000:43), melihat masyarakat Indonesia dan kompleks kebudayaan masing masing bersifat plural(jamak) sekaligus juga heterigen(beraneka ragam). Ppluralitas sebagai kontra posisi dari singularitas menunjukan adanya situasi yang terdiri dari kejamakan , bukan ketunggalan, artinya dalam masyarakat idonesia dapat dijumpai derbagai sub kelompok masyarakat yang tidak dapat disatu kelompokan. Demikian juga dengan kebudayaan mereka heterogenitas yang merupakan kontraposisi dari homogenitas, mengindikasikan suatu kualitas dari keadaan yang menyimpan ketidaksamaan atau keberbedaan dalam unsure-usurnya.
Salah satu dari sekian banyak kebudayaan masyarakat idonesia adalah tradisi ritual petilasan syehk Jambukarag atau lebih dikenal denagan petilasan Ardilawet yang terletak di desa Panusupan kecmatan Rembang kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. Petilasan ini dikeramatkan oleh warga masyarakat desa Panusupan. Konon petilasan ini menjadi awal cikal bakal penyebaran dan syiar islm di kabupaten Purbalingga. Banyak masyarakat yang berkunjung untuk meyepi dan mendekatkan diri kepada tuhan dengan ritual-ritual tertentu.
Mitos yang beredar dalam masyarakat tentang petilasan syehk Jambukarang adalah jika derdoa di tempat ini maka doanya akan cepat dikabulkan. Bagi suami istri yang bel;um dikaruniai anak dan memohon kepada allih swt di gunung lawet dan memetik babal (buah nangka yang masih kecvil dan muda) lalu dijadikan rujak dfan dimakan brsama-sama (suami-istri) lalu berhubungan badan maka mereka akan cepat diberikan keturunan. Bagi yang belum mendapatkan jodoh maka akan lekas mendapatkan jodoh setelah berdoa di sana.
Banyak masyarakat dari luar kabupaten Purbalingga yang berkunjung untuk berdoa di sana. Konon petilasan Ardilawet merupakan makam syeh Jambukarang, namun ada yang mengatakan bahwa petilasan itu berisi rambut dan kuku syehk jambukarang yang dikubur di pegunungan Ardilawet. Lokasi petilasan Ardilawet berjarak sekitar 20 kilometer dari kota Purbalingga. Sampai sekarang ritual ini masih dilakukan dan menjadi tradisi masyarakat desa Penusupan dan sekitarnya.
Petilasan adalah istilah yang diambil dari bahasa jawa yang menujuk pada suatu tempat yang pernah disinggahi atau didiami oleh seseorag (yang penting). Tempat yang layak disebut Petilasan adalah tempat tinggal, tempat beristirahat,(dalam pengembaraan) yang relative lama,tempat  pertapaan atau tempat terjadiya suatu peristiwa penting. Dalam bahasa arab petilasan disebut maqam berate kedudukan atau tempat.
Menurut Koendjaraningrat (2002:147) sistim ritus dan upacara itu di laksanakan dan melambagkan konsep-konsep yang terkandung dalam system keyakinan. Sistem upacara merupakan wujud kelakuan(behavioral manifestation) dan religi. Acara da tata urut daripada unsure-unsur tersebut merupakan ciptaan akal manusia olehkarena itu, tradisi merupakan suatu dinamika dalam struktur masyarakat. Secara diakronik tradisi diartikan sebagai ilai-nilai kontinu dari masa lalu yang dipertentangkan dengan modernisasi yang penuh dengan perubahan (locher dfalam Nugroho Trisno Brata 2006:110)
Proses ritual pada petilasan syeh Jambukarang akan dipimpi oleh juru kunci, pegunjung hanya menyebutkan apa keinginannya kemudian juru kunci membacakan doa dan pegunjung meng-AMIENiya. Doa yang dipanjatkan adalah seperti bacaan tahlil, surat al fatihah, dan ayat al quran lainnya. Selain itu juga pengunjung diwajibkan membawa bunga 7 rupa.
Tradisi petilasan syeh Jambukarang termasuk dalam foklor. Foklor merupakan sebagian kebudayaan yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun.  Foklor memiliki bentuk sastra sebagai lisan , usur lisan berupa anjuran, nasehat, mantr-mantra yang diucapkan pada saat prosesi ritual berlangsug. Olehkarena itu untuk dapat mengetahui bagaimana bentuk tradisi ritual dan mitos yang beredar dalam masyarakat mengenai petilasan syehk Jambukarang perlu diadakan pendekatan foklor.
Seirig dengan perkembangan zaman dan pola piker masyarakat yang muiai realistis, namun masih bayak masyarakat yang mempercayai mitos yang ada dalam ritual petilasan syehk Jambukarang, bahkan mitos ini beredar hingga masyarakat luar kabupaten Purbalingga. Hal ini dibuktikan degan banyaknya pengunjung dari luar kabupaten purbalingga yang berziarah di petilasan syehk Jambukarang untuk meminta agar doanya dikabulkan.
Jika kita cermati hal ini merupakan gejala social yang perlu diperhatikan untuk kita cari tahu penyebabnya. Sebab mereka ingin membuktikan kebenaran mitos atau hanya sekedar coba-coba saja. Hal ini lah yang melatar belakangi peneliti untuk meneliti dan mengkaji lebih lanjut tentangg adanya tradisi ritual petilasan syehk Jambukarang besserta pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar dan masyarakat yang mendukung mitos tersebut.




Peneliti juga membatasi kajian ruang ligkupnya yaitu:
a.       Ruang lingkup social : yaitu masyarakat ssekitar dan masyarakat pendukung.
b.      Ruang lingkup budaya : yaitu budaya nilai dan aktifitasnya.
c.       Ruang lingkup temporal : yaitu wilayah diselenggarakannya tradisi ritual petilasan syehk Jambukarang
d.      Ruang lingkup geografis : yaitu secara geografis lokasi dilakukannya tradisi ritual petilasan syehk Jambukarang sebagai lokasi penelitian yaitu di desa Penusupan kecamatan Rembang kabupaten Purbalingga Jawa Tengah.





III.             RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan peda latar belakang di atas maka muncul masalah yang harus diteliti dan dikaji lebih dalam. Masalah tersebut diantaranya adalah:
1.      Mengapa masyarakat melakukan tradisi petilasan syehk Jambukarang?
2.      Apa fungsi dari tradisi petilasan syehk Jambukarang bagi masyarakat desa Penusupan dan Peziarah?
3.      Apa makna tradisi petilasan syehk Jambukarang bagi para peziarah?
4.      Bagaimana pengaruh adanya petilasan syehk jambukarang terhadap kehidupan social masyarakat sekitar?.






IV.             TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian tradisi ritual petilasan syehk Jambukarang adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui mengapa masyarakat melakukan tradisi petilasan syehk Jambukarang.
2.      Mengetahui  fungsi dari tradisi petilasan syehk Jambukarang bagi masyarakat desa Penusupan dan peziarah.
3.      Mengetahui  makna tradisi petilasan syehk Jambukarang bagi para peziarah.
4.      Mengetahui  pengaruh adanya petilasan syehk jambukarang terhadap kehidupan social masyarakat sekitar.


V.                MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun secara praktis .
1.      Manfaat teoritis
a.       Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam wacana bagi ritual yang berlaku dalam masyarakat.
b.      Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam penambahan wacana tentang system religi.
2.      Manfaat praktis
a.       Bagi peziarah
Penelitian ini dapat memberikan  pengetahuan dan pemahaman tentang tradisi ritual syehk Jambukarang.
b.      Bagi masyarakat Penusupan dan sekitarnya
Penilitian ini dapat memberikan dorongan moral, motifasi untuk melestarikan dan mempertahankan tradisi ritual petilasan syehk Jambukarang
c.       Bagi pemerintah penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan in formasi bagi pihak pemerintah untuk lebih mengembangkan sector pariwisata khususnya wisata religi.


VI.             PENEGASAN ISTILAH
Dalam penelitian ini perlu diberikan batasan istilah mengenai hal-hal yang akan diteliti untuk mempermudah pemahaman  mengartikan maupun penafsiran serta untuk membatasi pemasalahan yang ada.
1.      Tradisi
Tradisi merupakan suatu dinamika dalam struktus social masyarakat , secara diakronik dianggap sebagi nilai-nilai kontinu dari masa lalu yang dipertentangkan dengan modernitas yang penuh perudahan (Locher dalam Brata 2006:110)
Jadi yang dimaksud tradisi dalam penelitian ini adlah kebiasaan turun temurun yang masuh dipertahankan dan dileatarikan yaitu kebiasaan mengunjungi atau ziarah ke petilasan syehk Jambukarang.
2.      Ritual
Ritual adalah proses aktiitas yang polanya sama dan dilaksanakan secara berulng-ulang. Ritual biasanya terbagi dalam:ritual proses, ritual religious, ritual integrasi,dan ritual peralihan (Brata 2006)
Ritual petilasan syehk Jambukarang merupakan tindakan yang dilakukan berulang-ulang pada kamis wage, jumat kliwon dan selasa kliwon.
3.      Petilasan
Petilasan adalah istilah yang diambil dari bahasa jawa yang menujuk pada suatu tempat yang pernah disinggahi atau didiami oleh seseorag (yang penting). Tempat yang layak disebut Petilasan adalah tempat tinggal, tempat beristirahat,(dalam pengembaraan) yang relative lama,tempat  pertapaan atau tempat terjadiya suatu peristiwa penting. Dalam bahasa arab petilasan disebut maqam berate kedudukan atau tempat.
Dalam petilasan syehk Jambukarang adalah peninggalanya yang berupa rambut dan kuku.
4.      Kabupeten purbalingga
Purbalingga merupakan kabupaten di JawaTegah dengan karisidenan banyumas. Bentuk geografisnya adalah pegunungan dan dataran tinggi.




VII.          LANDASAN TEORI
Foklor adalah sebagai kebudayaan suatu kolektif , yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbedabaik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyaray atau alat pembantu pengingat (mnemoninic device) (danadjaja 1984:2)
Geertz (1989:xii) menyatakan bahwa peranan upecara baik ritual maupun seremonial adalah untuk selalu mengingatkan manusia berkenaan dengan eksistensi dan hubungan dengan lingkungan mereka.
Foklor dapat berbentuk upacara baik ritual maupun seremonial sebagai contoh ritual yang terdapat pada petilasan syehk Jambukarang. Menurut danandjaja(1984:3-5) foklor penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan yakni disebarkan melalui tuturkata dari mulut ke mulut dari generasi ke generasi.
Petilasan syehk Jambukarang merupakan foklor yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi pada masyarakat Penusupan kemudian menyebar ke luar daerah penusupan.
Ritual petilasan syehk Jambukarang merupakan sebagian kebudayaan kolektif
. Foklor merupakan sebagian kebudayaan yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun.  Foklor memiliki bentuk sastra sebagai lisan , usur lisan berupa anjuran, nasehat, mantr-mantra yang diucapkan pada saat prosesi ritual berlangsug.
Untuk dapat mengetahui bentuk dan fungsi tradisi ritual petilasan syehk Jambukarang digunakan pendekatan foklor.
1.      Foklor
Folk adalah sekelompok orang yang memiliki cirri-ciri pengenal fisik, social dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainya. Ciri-ciri pengenal antaralain dapat berwujud warna kulit yang sama, bentuk rambut yang sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf pendidikan yang sama dan agama yang sama. Namun yang lebih penting lagi mereka telah memiliki tradisi , yakni kebudayaan yang mereka warisi secara turun temurun, sedikitnya dua generasi yang dapat mereka akui sebagai milik bersama. Disamping itu yang paling penting adalah bahwa mereka sadar akan identitas kelompok mereka sendiri (Dundes dalam danandjaja 1984:1)
Sedangkan foklor adalah sebagai kebudayaan suatu kolektif , yang tersebar dan diwariskan , secara turun temurun diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbedabaik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyaray atau alat pembantu pengingat (mnemoninic device)(Dananjaja 1984:2)
a.       Ciri-ciri foklor
Agar dapat membedakan foklor dari kebudayaan lainnya, harus mengetahui cirri-ciri utama dari foklor diantaranya sebagai berikut:
1.      Penyebaran dan pewarisan biasanya dilakukan secara lisan . yakni disebarkan melalui tuturkata dari mulut kemulut dari gnerasi ke generasi.
2.      Foklor bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relative ttap atau dalem bentuk standar.
3.      Foklor ada(exist) dalam versi-versi bahkan dalam varian-varian yang berbeda-beda.
4.      Foklor bersifat anonym yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui lagi.
5.      Foklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola.
6.      Foklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama atau kolektif.
7.      Foklor bersifat pralogis yaitu memiliki logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum.
8.      Foklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu.
9.      Foklor pada umumnya bersifat polos dan lugu.
Ritual petilasan syehk Jambukarang merupakan bagian dari foklor , dimana memiliki unsure cirri-ciri foklor yang terdapat diatas. Foklor yang berkembang di petilasan syehk Jambukarang sampei sekarang masih iktif dijalankan oleh pendukungnya, yang memiliki fungsi trhadap pendidikan proses social. Foklor yang berkembang disampaikan kepada masyarakat secara tradisional dari generasi ke generasi.
b.      Bentuk foklor  
Berdasarkan tipenya menurut Bruvand dalam Danandjaja (1984:21) foklor digolongkan ke tiga golongan yaitu foklor lisan, foklor sebagian lisan dan foklor bukan lisan . foklor lisan adalah foklor yang bentuknya murni lisan. Yang trmasuk kelompok ini antaralain : bahasa rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, puisi rakyat, cerita prosa rakyat dan nyanyian rakyat. Menurut William R Bascom dalam Danandjaja (1984:50), cerita prosa rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu: mite, legenda, dongeng.
Petilasan syekh Jambukarang termasuk dalam legenda dimana ditokohi oleh manusia yang memiliki sifat luar biasa, karena kesaktian yang dimiliki, Syekh Jambukarang. Foklor sebagian lisan adalah folklore yang bentuknya merupakan campuran unsure lisan dan bukan lisan, yang termasuk dalam golongan ini antara lain kepercayaan, permainan rakyat, adat istiadat, upacara, pesta rakyat. Folklore bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, yang termasuk keliompok ini antara lain pakaian adat, kerajinan tangan rakyat, obat-obatan tradisional dll.
Jadi kebudayaan merupakan bagian dari folklor, yang berkembang secara turun temurun dari generasi ke generasi. Kebudayaan ini nantinya menghasilkan sebuah tradisi yang berkembang di masyarakat, dimana cara pewarisannya secara lisan ( dari mulut ke mulut ). Salah satu bentuk tradisi yang berada pada petilasan Syekh Jambukarang perlu dilakukan pendekatan folklore.
c.       Fungsi Folklor
Sastra lisan merupakan salah satu bagian dari folklore yang dipelajari di dalamnya. Mitos memiliki peranan terhadap kebudayaan masyarakat dalam melaksanakan upacara ritual terhadap sesuatu yang memiliki nilai magis. Salah satu diantaranya terdapat pada mitos petilasan Syekh Jambukarang. Masyarakat menganggap bahwa mitos tersebut merupakan hal yang dianggap sacral dan masih kental hubungannya dengan dunia gaib.
-                   Folklor akan hidup terus jika memliiki fungsi. Fungi foklor merurut Danandjaja adalah sebagai berikut :
1.      Sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif
2.      Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan
3.      Sebagai alat pendidikan anak
4.      Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat dipatuhi oleh anggota kolektifnya.

VIII.       TINJAUAN PUSTAKA 
Tradisi Petilasan
Tradisi berasal dari bahasa latin trader, yang berarti mewariskan atau menurunkan ( Nugroho Trisnu Brata 2006:103 ). Tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan pemikiran, kebiasaan, kepercayaan, kesenian, tarian dari generasi ke generasi, dari leluhur ke anak cucu secara lisan ( Murgianto 2004:10 ). Tradisi merupakan hasil cipta dan karya manusia, yang mempunyai objek material. Kepercayaan, hayalan, kejadian, atau lembaga serta diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Demikian pula yang terjadi dengan tradisi yang terdapat di Petilasan Syekh Jambukarang yang berada di Desa Penusupan Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga Jawa tengah. Dimana tradisi ini berkembang hingga saat ini dan pewarisannya secara turun temurun dari generasi k generasi bahakan penyebarannya sampai Luar masyarakat Purbalingga.
Ritual
Kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya tidak lepas dari adanya ritual. Ritual adalah pola-pola tindakan dalam kepercayaan, seperti pemujaan dan pengurbanan ( Niels Murder 1986 : 120 )
Pembagian macam-macam ritual dapat dibedakan menjadi 4 macam :
1.      Tindakan magis, yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan yang bekerja karena daya-daya mistis.
2.      Tindakan religious, kultur para leluhur, juga bekerja dengan cara ini
3.      Ritual konstitutif yang mengungkapkan atau mengubah hubungan social dengan menunjuk pada pengertian-pengerian mistis, dengan cara ini upacara-upacara kehidupan menjadi khas.
4.      Ritual Faktif, yang meningkatkan kekuatan atau kesejahteraan materi kelompok ( Dhavamony : 1995:175)



Ritual berkenaan dengan riyus yaitu tatacara dalam upacara keagamaan, ritus itu sendiri merupakan salah satu komponen yang tercakup dalam 5 komponen religi yaitu:
1.      Emosi keagamaan
Merupakan suatu getaran yang menggerakan jiwa manusia. Komponen inilah yang merupakan komponen utama dari gejala religi. Yang membedakan dari system religi dari semua system social budaya lain dalam masyarakat.
2.      Sistim keyakinan
System keyakinan dalam suatu religi berwujud pikiran dan gagasan manusia, yang menyangkut keyakinan dan konsepsi manusia tentang sifat-sifat tuhan, tentang wujud dari alam gaib, tentang terjadinya alam dan dunia, tentang zaman akhirat, tentang wujud dan cirri-ciri kekuatan sakti, roh nenek moyang, roh alam, dewa-dewa, roh jahat, hantu, dan makhluk-mahkluk halus lainnya. Selain itu sistim keyakinan juga menyangkut system nilai dan system nilai keagamaan dan ajaran dokrin nilai religi lainnya yang mengatur tingkah laku manusia.
3.      System ritus dan upacara
System ritus dan upacara dalam religi berbentuk aktifitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktian terhadap tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang atau mahkluk halus lain dan dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan tuhan dan dunia gaib lainnya. Ritus atau upacara religi biasanya berlangsung berulang-ulang baik setiap hari, setuap musim atau kadang-kadang saja. Tergantung dari acaranya, suatu ritus atau upacara religi biasanya terdiri dari suatu kombinasi yang merangkaikan satu, dua atau beberapa tindakan seperti; berdoa, bersujud, bersaji, berkurban, makan bersama, menyanyi dan menari, berprosesi, berseni drama suci, berpuasa, bertapa dan bersemedi.
4.      Peralatan ritus dan upacara
Dalam ritus dan upacara biasanya dipergunakan bermacam-macam sarana dan peralatan, seperti tempat atau gedung pemujaan(masjid,gereja, pagoda, stupa dan lain-lain) patung dewa, patung orang suci, alat bunyi-bunyian suci(orgel, gendang suci, bedug, gong, seruling suci, gamelan suci, lonceng, ) dan para pelaku upacara sering kali harus menggunakan pakain yang juga dianggap mempunyai sifat suci(jubah pendeta, jubah biksu, mukena, dll)
5.      Umat agama
Umat agama merupakan kesatuan social yang menganut sistim social yang melaksanakan sistim ritus serta upacara tersebut (Kontjaraningrat 1994:80-82)
Ritual keagamaan merupakan sarana yang menghubungkan manusia dangan keramat, inilah agama dalam praktik. Ritual bukan hanya sarana untuk memperkuat ikatan social kelompok dan mengurangi ketegangan tetapi juga cara merayakan peristiwa-peristiwa penting. Para ahli Antripologi telah mengklasifikasikan beberapa tipe ritual yang berrbeda diantaranya; upacara peralihan yang mengenai tahapan-tahapan dalam siklus kehidupan manusia. Upacara intensifikasi yang dilakukan pada waktu kehidupan kelompok mengalami kritis dan penting untuk mangikat orang-orang menjadi satu (Haviland 2004:207)
Koendjaraningrat dalam buku Manusia dan Kebudayaan menggolongkan slametan kedalam enam macam sesuai dengan peristiwa atau kejadian sehari-hari diantaranya:
1.      Slametan dalam rangka linkungan hidup seseorang, seperti hamil tujuh bulan, kelahiran, upacara potong rambut pertama, sunat, kematian serta saat-saat setelah mati.
2.      Slametan yang berkaitan denga bersih desa, penggarapan tanah pertanian dan setelah panen padi.
3.      Slametan berhubungan dengan hari-hari dan bulan-bulan besar islam
4.      Slametan padaa saat-saat tidak tentu , berkrnaan dengan kejadian kejadian seperti membuat perjalanan jauh , menempati rumah kediaman baru, menolak bahaaya , janji kalau sembuh dari sakit, dll (Koendjaraningrat 2004;348)
Ritual pettilasan syekh Jambukarang ialah kegiatan yang dilaksanakan pada kamis wage , jumat kliwon dan selasa kliwon. Dengan tujuan agar segala doanya terkabul dengan jalan mengunjungi petilasan syekh Jambukarang. Karena pandangan masyarakat jawa pada umumnya , apabila seseorang tidak melakukan upacara yang berkenaan dengan kelangsungan hidupnya maka hal-hal yang buruk akan terjadi sebagai wujud kemurkaan tuhan terhadap makhluknya. Inilah yang menjadi  tujuan dari semua upacara yang diadakan masyarakat pada umumnya.
Dengan diadakannya ritual petilasan syehk Jambukarang ikatan individu sebagai bagian dari masyarakat jawa yang telah memegang nilai-nilai trdisi sangat kuat. Mereka datang dari berbagai daerah namun dengan satu tujuan yang sama, mereka berpartisipasi melestarikan warisan leluhur dimana di dalamnya terdapat nilai-nilai yang masih mereka pegang sebagai pedoman hidup dalam kesehariannya.
IX.             METODOLOGI PENELITIAN
A.    Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana seorang peneliti melakukan penelitian atau tempat dimana penelitian akan dilangsungkan. Pada penelitian kali ini akan dilaksanakan di desa Penusupan kecamatan Jepara kabupaten Purbalingga
B.     Fokus penelitian
Dalam penelitian kali ini yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut :

1.      Alasan mengapa masyarakat melakukan tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang.
2.      Apa fungsi dari tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang.
3.      Bagaimana prosesi ritual petilassan syekh Jambukarang.
4.      Apa saja makna simbolik yang terkandung pada perlengkapan yang digunakan dalam tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang.
5.      Apa makna dari ritual petilasan syekh Jambukarang.
C.     Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Sumber data primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui wawancara dengan responden atau informan di lapangan. Dalam penelitian ini informan-informan yang membantu memecahkan masalah yang diajukan adalah:
a.       Sesepuh desa
Sesepuh desa adalah orang yang tertua dalam masyarakat atau yang dituakan untuk dijadikan pemimpin karena telah mempunyai banyak pengalaman suatu perkumpulan
b.      Perangkat desa
Perangkat desa adalah alat kelengkapan pemerintah desa yang terdiri atas sekreariat desa dan kepala dusun.
c.       Masyarakat Penusupan
Masyarakat Penusupan merupakan manusia dalam arti seluas-luasnya yang terikat oleh sebuah kebuadayaan yang mereka anggap sama di desa Penusupan.
d.      Penunjung
Adalah seseorang yang mengunjungi suatu tempat tertentu. Dalam penelitian ini yang dimaksud penginjung adalah peziarah yang melakukan tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang.

2.      Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh sumbernya. Dalam hal ini buku-buku, data penelitian dokumen dan data-data lain yang relevan.

D.    Metode pengumpulan data
Salah satu  hal yang paling penting dalam penelitian adalah mengumpulkan data. Dalam penelitian kali ini proses pengumpulan data akan menggunakan beberapa metode, antara lain yaitu :
1.      Metode wawancara
Metode wawancara atau metode interview adalah cara yang digunakan seseotang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut ( Koentjaraningrat 1986: 129 )
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan terhadap juru kunci, sesepuh desa, perangkat desa, pengujung dan masyarakat Penusupan.  Adapun maksud dari wawancara dilakukan adalah untuk mendapatkan data dan keterangan secara langsung, mendalam dan terinci mengenai tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang  dari Para Informan.
2.      Metode observasi
Metode ini dipakai untuk mendapatkan data melalui kegiatan melihat, mendengar dan penginderaan lainnya yang mungkin dilakukan gung memperoleh data atau informasi yang diperlukan (Arikunto 1997:146 )
Melalui observasi maka peneliti terjun ke lapangan langsung atau lokasi penelitian dengan alasan :
a)      Untuk mengetes kebenaran informasi karena ditanyakan langsung kepada subyek secara lebih dekat
b)      Untuk mencatat perilaku dan kejadian yang sebenarnya
c)      Mampu memahami situasi-situasi rumit dan perlikau yang komplek


Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam mengadakan observasi :
1.      Lingkungan fisik dari tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang.
2.      Lingkungan sosial masyarakat desa Penusupan maupun masyarakat pendukung lore yang berada di sekitar Penusupan Maupun di luar Kabupaten Purbalingga.
3.      Interaksi antara masyarakat yang sedang melakukan tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang.
4.      Masyarakat yang terlibat di dalam pelaksanaan upacara tradisional ritual petilasan syekh Jambukarang..
3.      Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan lain-lain ( Arikunto 1997-149 )
Dokumentasi digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan alasan :
a.             Data yang dibutuhkan mudah diperoleh dari sumber data.
b.            Data yang diperoleh sangat akurat, sehingga dapat dibuktikann kebenarannya.
c.             Waktunya tidak perlu ditentukan dan tidak perlu mengadakan perjanjian dengan pihak menyimpan sumber data.
E.     Validitas data
Validitas data merupakan salah satu bagian dari penelitian yang penting dalam suatu penelitian kualitatif, yaitu untuk mengetahui tingkat validitas atau kesahihan dari hasil penelitian yang dilakukan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat ( Arikunto 2002:144 )

F.      Teknik Analisis data
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu menggambarkan keadaan daerah penelitian. Dalam penelitian ini akan digambarkan tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang.
Analisis data pada pada penelitian ini menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman, yaitu;
1.      Pengumpulan data
Dalam hal ini peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan.
2.      Reduksi data
Proses peemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, menyatukan dan membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Miles 1992:15-16)
3.      Analisis data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang tersusun yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Menurut Miles (1992:17-18) penyajian data merupakan analisis rancangan deretan dan kolom dalam  sebuah metric untuk data kualitatif dan menentukan jenis dan bentuk dimasukan kedalam kotak-kotak metric.
4.      Menarik kesimpulan
Kesimpulan adalah suatu tinjauan ulang pada catatan lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagaimana yang muncul dari data yang harus di uji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yaitu mencapai validitasnya (miles 1992:19)

DAFTAR PUSTAKA
Koendjaraningrat . Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia
…………………………..1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
…………………………...Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta:Djambatan
Danandjaja, James . 1984. Foklor Indonesia. Jakarta:PT Pustaka Grifitipers
Herususanto, Budiono. 2001. Simbolisme Dalam Budaya Jawa.Yogyakarta:PT Dunia
Soekanto, Soerjono. 1982, Suatu Pengantar Sosiologi.Jakarta:Rajawali Pers
Miles Mattew B dan Huberman A Michael. 1992.Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Pers








X.                INSTRUMEN PENELITIAN
PANDUAN OBSERVASI
Untuk dapat melakukan observasi dengan baik agar memperoleh data yang dibutuhkan dan akurat, dalam pelaksanan penelitian perlu pelakukan panduan observasi yaitu dengan mencari seseorang yang mengerti dan pahan tempet yang akan peneliti teliti. Orang tersebut adalah penduduk asli desa Penusupan , karena mereka lebih tahu seluk beluk desa mereka sendiri.

PEDOMAN WAWANCARA
TRADISI RITUAL PETILASAN SYEHK JAMBUKARANG di KABUPETEN PURBALINGGA
1.      Daftar informan
Nama :
Usia :
Profesi :
Alamat:
2.      Daftar pertanyaan wawancara
Untuk juru kunci
1.      Mengapa tempat tersebut dinamakan petilasan syekh Jambukarang?
2.      Bagaimana asal mula diadakannya tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang?
3.      Kapan tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang dilaksanakan?
4.      Pada hari apa saja dan jam berapa tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang dilaksenakan?
5.      Berasal dari manakah pengunjung yang datang ke petilasan syekh Jambukarang?
6.      Apa saja yang biasanya dipersiapkan dalam pelaksanaan ritual petilasan syekh Jambukarang?
7.      Bagaimana tatacara untuk melakukan ritual tersebut?
8.      Siapakah yang terlibat dalam tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang?
9.      Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi pengunjung untuk dapat melakukan tradisi ritual petilasan syekh Jambukrang?
10.  Bagaimanakah bentuk tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang?
11.  Mitos apakah yang melatar belakangi diadakannya ritual tersebut?
12.  Apakah tugas dan kewajiban anda sebagai juru kunci dalam pelaksanaan ritual petilasan syekh Jambukarang?
13.  Bagaimana pendapat anda tentang ritual petilasan syekh Jambukarang?
Untuk Sesepuh desa
1.      Bagaimana awalmula diadakannya tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang?
2.      Mengapa masyarakat melakukan ritual petilasan syekh Jambukarang/
3.      Apa saja perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan ritual petilasan syekh Jambukarang?
4.      Bagaimana pendapat anda mengenai tradisi ritual petilasan syekh  Jambukarang?
Untuk Perangkat Desa
1.      Mengapa masyarakat melakukan tradisi ritual petilasan syekh  Jambukarang?
2.      Manfaat apa saja yang diperoleh warga maupun masyarakat luas ketika diadakannya tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang?
3.      Bagaimana pendapat anda mengenai tradisi ritual petilasan syekh  Jambukarang?
Untuk Masyarakat Desa Penusupan
1.      Apasaja yang anda ketahui tentang petilasan syekh  Jambukarang?
2.      Mengapa masyarakat melakukan tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang?
3.      Manfaat apa saja yang anda peroleh dengan adanya tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang?
4.      Bagaimana mitos yang berkembang di masyarakat tentang adanya tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang?
5.      Bagaimana pendapat anda mengenai tradisi ritual petilasan syekh  Jambukarang?
Untuk Pengunjung (peziarah)
1.      Darimanakah saudara berasal sehingga rela datang mengujungi petilasan syekh Jambukarang?
2.      Sudah berapa kali saudara mengikuti ritual petilasan syekh J ambukarang?
3.      Apa tujuan saudara mengikuti atau ikut ritual petilasan syekh Jambukarang?
4.      Mangapa saudara melakukan tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang?
5.      Manfaat apakah yang anda peroleh dengan diadakannya tradisi ritual petilasan syekh Jambukarang?
6.      Bagaimanakah tradisi ritual petilasan syeklh Jambukarang menurut saudara?.
Diposting oleh Amin Suyuthi Label:

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2010 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2010 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2010 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. Provided By Free Website Templates | Freethemes4all.com
Free Website templatesFree Flash TemplatesFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates