Rabu, 07 Desember 2011 di 23.08 | 2 komentar  


Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan suku bangsa di Indonesia yang berusia tua. Bahkan, dibandingkan dengan kebudayaan Jawa sekalipun, kebudayaan Sunda sebenarnya termasuk kebudayaan yang berusia relatif lebih tua, setidaknya dalam hal pengenalan terhadap budaya tulis. "Kegemilangan" kebudayaan Sunda di masa lalu, khususnya semasa Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Sunda, dalam perkembangannya kemudian seringkali dijadikan acuan dalam memetakan apa yang dinamakan kebudayaan Sunda.

Kebudayaan Sunda yang ideal pun kemudian sering dikaitkan sebagai kebudayaan raja-raja Sunda atau tokoh yang diidentikkan dengan raja Sunda. Dalam kaitan ini, jadilah sosok Prabu Siliwangi dijadikan sebagai tokoh panutan dan kebanggaan urang Sunda karena dimitoskan sebagai raja Sunda yang berhasil, sekaligus mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya.

Dalam perkembangannya yang paling kontemporer, kebudayaan Sunda kini banyak mendapat gugatan kembali. Pertanyaan seputar eksistensi kebudayaan Sunda pun sering kali mencuat ke permukaan. Apakah kebudayaan Sunda masih ada? Kalau masih ada, siapakah pemiliknya? Pertanyaan seputar eksistensi kebudayaan Sunda yang tampaknya provokatif tersebut, bila dikaji dengan tenang sebenarnya merupakan pertanyaan yang wajar-wajar saja. Mengapa demikian? Jawabannya sederhana, karena kebudayaan Sunda dalam kenyataannya saat ini memang seperti kehilangan ruhnya atau setidaknya tidak jelas arah dan tujuannya. Mau dibawa ke mana kebudayaan Sunda tersebut?

Setidaknya ada empat daya hidup yang perlu dicermati dalam kebudayaan Sunda, yaitu, kemampuan beradaptasi, kemampuan mobilitas, kemampuan tumbuh dan berkembang, serta kemampuan regenerasi. Kemampuan beradaptasi kebudayaan Sunda, terutama dalam merespons berbagai tantangan yang muncul, baik dari dalam maupun dari luar, dapat dikatakan memperlihatkan tampilan yang kurang begitu menggembirakan. Bahkan, kebudayaan Sunda seperti tidak memiliki daya hidup manakala berhadapan dengan tantangan dari luar.

Akibatnya, tidaklah mengherankan bila semakin lama semakin banyak unsur kebudayaan Sunda yang tergilas oleh kebudayaan asing. Sebagai contoh paling jelas, bahasa Sunda yang merupakan bahasa komunitas urang Sunda tampak secara eksplisit semakin jarang digunakan oleh pemiliknya sendiri, khususnya para generasi muda Sunda. Lebih memprihatinkan lagi, menggunakan bahasa Sunda dalam komunikasi sehari-hari terkadang diidentikkan dengan "keterbelakangan", untuk tidak mengatakan primitif. Akibatnya, timbul rasa gengsi pada urang Sunda untuk menggunakan bahasa Sunda dalam pergaulannya sehari-hari. Bahkan, rasa "gengsi" ini terkadang ditemukan pula pada mereka yang sebenarnya merupakan pakar di bidang bahasa Sunda, termasuk untuk sekadar mengakui bahwa dirinya adalah pakar atau berlatar belakang keahlian di bidang bahasa Sunda.

Apabila kemampuan beradaptasi kebudayaan Sunda memperlihatkan tampilan yang kurang begitu menggembirakan, hal itu sejalan pula dengan kemampuan mobilitasnya. Kemampuan kebudayaan Sunda untuk melakukan mobilitas, baik vertikal maupun horizontal, dapat dikatakan sangat lemah. Oleh karenanya, jangankan di luar komunitas Sunda, di dalam komunitas Sunda sendiri, kebudayaan Sunda seringkali menjadi asing. Meskipun ada unsur kebudayaan Sunda yang memperlihatkan kemampuan untuk bermobilitas, baik secara horizontal maupun vertikal, secara umum kemampuan kebudayaan Sunda untuk bermobilitas dapat dikatakan masih rendah sehingga kebudayaan Sunda tidak saja tampak jalan di tempat tetapi juga berjalan mundur.

Berkaitan erat dengan dua kemampuan terdahulu, kemampuan tumbuh dan berkembang kebudayaan Sunda juga dapat dikatakan memperlihatkan tampilan yang tidak kalah memprihatinkan. Jangankan berbicara paradigma-paradigma baru, iktikad untuk melestarikan apa yang telah dimiliki saja dapat dikatakan sangat lemah. Dalam hal folklor misalnya, menjadi sebuah pertanyaan besar, komunitas Sunda yang sebenarnya kaya dengan folklor, seberapa jauh telah berupaya untuk tetap melestarikan folklor tersebut agar tetap "membumi" dengan masyarakat Sunda.

Kalaulah upaya untuk "membumikan" harta pusaka saja tidak ada bisa dipastikan paradigma baru untuk membuat folklor tersebut agar sanggup berkompetisi dengan kebudayaan luar pun bisa jadi hampir tidak ada atau bahkan mungkin, belum pernah terpikirkan sama sekali. Biarlah folklor tersebut menjadi kenangan masa lalu urang Sunda dan biarkanlah folklor tersebut ikut terkubur selamanya bersama para pendukungnya, begitulah barangkali ucap urang Sunda yang tidak berdaya dalam merawat dan memberdayakan warisan leluhurnya.

Berkenaan dengan kemampuan regenerasi, kebudayaan Sunda pun tampaknya kurang membuka ruang bagi terjadinya proses tersebut, untuk tidak mengatakan anti regenerasi. Budaya "kumaha akang", "teu langkung akang", "mangga tipayun", yang demikian kental melingkupi kehidupan sehari-hari urang Sunda dapat dikatakan menjadi salah satu penyebab rentannya budaya Sunda dalam proses regenerasi. Akibatnya, jadilah budaya Sunda gagap dengan regenerasi.

Generasi-generasi baru urang Sunda seperti tidak diberi ruang terbuka untuk berkompetisi dengan sehat, hanya karena kentalnya senioritas serta "terlalu majunya" pemikiran para generasi baru, yang seringkali bertentangan dengan pakem-pakem yang dimiliki generasi sebelumnya. Akibatnya, tidaklah mengherankan bila proses alih generasi dalam berbagai bidang pun berjalan dengan tersendat-sendat.

Bila pengamatan terhadap daya hidup kebudayaan Sunda melahirkan temuan-temuan yang cukup memprihatinkan, hal yang sama juga terjadi manakala tiga mustika mutu hidup kreasi Rendra digunakan untuk menjelajahi Kebudayaan Sunda, baik itu mustika tanggung jawab terhadap kewajiban, mustika idealisme maupun mustika spontanitas. Lemahnya tanggung jawab terhadap kewajiban tidak saja diakibatkan oleh minimnya ruang-ruang serta kebebasan untuk melaksanakan kewaijiban secara total dan bertanggung jawab tetapi juga oleh lemahnya kapasitas dalam melaksanakan suatu kewajiban.

Hedonisme yang kini melanda Kebudayaan Sunda telah mampu menggeser parameter dalam melaksanakan suatu kewajiban. Untuk melaksanakan suatu kewajiban tidak lagi didasarkan atas tanggung jawab yang dimilikinya, tetapi lebih didasarkan atas seberapa besar materi yang akan diperolehnya apabila suatu kewajiban dilaksanakan. Bila ukuran kewajiban saja sudah bergeser pada hal-hal yang bersifat materi, janganlah berharap bahwa di dalamnya masih ada apa yang disebut mustika idealisme. Para hedonis dengan kekuatan materi yang dimilikinya, sengaja atau tidak sengaja, semakin memupuskan idealisme dalam kebudayaan Sunda. Akibatnya, jadilah betapa sulitnya komunitas Sunda menemukan sosok-sosok yang bekerja dengan penuh idealisme dalam memajukan kebudayaan Sunda.

Berpijak pada kondisi lemahnya daya hidup dan mutu hidup kebudayaan Sunda, timbul pertanyaan besar, apa yang salah dengan kebudayaan Sunda? Untuk menjawab ini banyak argumen bisa dikedepankan. Tapi dua di antaranya yang tampaknya bisa diangkat ke permukaan sebagai faktor berpengaruh paling besar adalah karena ketidakjelasan strategi dalam mengembangkan kebudayaan Sunda serta lemahnya tradisi, baca, tulis , dan lisan (baca, berbeda pendapat) di kalangan komunitas Sunda.

Ketidakjelasan strategi kebudayaan yang benar dan tahan uji dalam mengembangkan kebudayaan Sunda tampak dari tidak adanya "pegangan bersama" yang lahir dari suatu proses yang mengedepankan prinsip-prinsip keadilan tentang upaya melestarikan dan mengembangkan secara lebih berkualitas kebudayaan Sunda. Kebudayaan Sunda tampaknya dibiarkan berkembang secara liar, tanpa ada upaya sungguh-sungguh untuk memandunya agar selalu berada di "jalan yang lurus", khususnya manakala harus berhadapan dengan kebudayaan-kebudayaan asing yang galibnya terorganisasi dengan rapi serta memiliki kemasan menarik. Berbagai unsur kebudayaan Sunda yang sebenarnya sangat potensial untuk dikembangkan, bahkan untuk dijadikan model kebudayaan nasional dan kebudayaan dunia tampak tidak mendapat sentuhan yang memadai. Ambillah contoh, berbagai makanan tradisional yang dimiliki urang Sunda, mulai dari bajigur, bandrek, surabi, colenak, wajit, borondong, kolontong, ranginang, opak, hingga ubi cilembu, apakah ada strategi besar dari pemerintah untuk mengemasnya dengan lebih bertanggung jawab agar bisa diterima komunitas yang lebih luas. Kalau Kolonel Sanders mampu mengemas ayam menjadi demikian mendunia, mengapa urang Sunda tidak mampu melahirkan Mang Ujang, Kang Duyeh, ataupun Bi Eha dengan kemasan-kemasan makanan tradisional Sunda yang juga mendunia?

Lemahnya budaya baca, tulis, dan lisan ditengarai juga menjadi penyebab lemahnya daya hidup dan mutu hidup kebudayaan Sunda. Lemahnya budaya baca telah menyebabkan lemahnya budaya tulis. Lemahnya budaya tulis pada komunitas Sunda secara tidak langsung merupakan representasi pula dari lemahnya budaya tulis dari bangsa Indonesia. Fakta paling menonjol dari semua ini adalah minimnya karya-karya tulis tentang kebudayaan Sunda ataupun karya tulis yang ditulis oleh urang Sunda. Dalam kaitan ini, upaya Yayasan Rancage untuk memberikan penghargaan dalam tradisi tulis perlu mendapat dukungan dari berbagai elemen urang Sunda. Sayangnya, hingga saat ini pertumbuhan tradisi tulis pada urang Sunda masih tetap terbilang rendah.
Source : http://tamanmini.com
Diposting oleh Amin Suyuthi Label:

Di penghujung usia 50 tahun, Susilawati ingin menghapus kegusaran yang makin melilit perasaannya. Ia masygul karena sebagai pioner revitalisasi di kawasan Kota Tua, dirinya seperti tak berharga di depan banyak orang. Terlebih di depan pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Upaya Susilawati menghidupkan kawasan di seberang Pasar Ikan, Jalan Kakap, tak disambut dengan antusias oleh Pemprov DKI. Padahal pemerintah daerah adalah pihak yang paling berkepentingan dalam rangka menghidupkan kembali kawasan yang sudah lama mati itu.
Tahun 1998, perempuan yang akrab disapa Susi tersebut mulai menyulap bangunan bekas galangan kapal dari abad 17-18 menjadi Kafe/Restoran VOC Galangan tanpa mengubah bentuk bangunan itu sendiri. “Prosesnya lama. Enggak boleh begini-begitu. Kita ikutin sebab ini kan bangunan yang dilindungi, bangunan sangat tua,” kata Susi.
Jumlah rupiah yang digelontorkan untuk membeli lahan hingga memugar bangunan ini tentu mencapai miliaran. Itu 10 tahun lalu. Kini jumlah itu berlipat lima kali. Biaya perawatan, operasional, dan pajak bangunan, menjadi terasa begitu berat manakala dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan tak kunjung tiba. Misalnya, kebijakan soal kebersihan, sampah yang memadati sungai yang melalui galangan, bau yang ditimbulkan, keamanan, atau kebijakan untuk terbiasa mengadakan acara di kawasan itu. Intinya, ‘kehidupan’ tak segera diciptakan di kawasan itu.
“Begitu saya bikin ini (Kafe/Restoran VOC Galangan), terus di sebelah-sebelah bikin juga. Bisnis makanan mulai marak di sekitar sini,” ujar Susi. VOC Galangan punya nilai lebih karena dari lahan seluas 5.000 m2 tak semua dihabiskan menjadi kafe/restoran. Tempat ini bisa dijadikan sebagai tempat diskusi, seminar, festival budaya, bahkan pesta pernikahan. Apa pun bisa dilakukan di sini. Tapi pejabat Pemprov DKI seakan alergi untuk datang/mengadakan acara di sini. Macet selalu jadi kambing hitam.
“Saya udah nyaris putus asa. Anak-anak juga bilang, udah jual aja. Tapi saya sayang sama bangunan ini. Tiap hari saya di sini. Kadang saya cuma bengong, bagaimana ya supaya bangunan ini ‘hidup’. Saya masih berharap tempat ini bisa jadi ramai. Bisa menghidupkan kawasan ini. Jadi saya putuskan untuk melakukan perubahan pada tempat ini. Saya akan melakukan pembenahan besar-besaran. Titik awalnya pada ulang tahun ke-10 nanti, Desember,” tutur Susi memaparkan cita-citanya. Semangatnya tiba-tiba bangkit, menggantikan rasa gundahnya selama ini.
Keindahan masa lalu
Keyakinan itu datang karena dukungan, yang bukan dari pemerintah, mulai mengalir. Ya, dukungan. Itulah yang dia perlukan. Sering kali ada hal yang sangat bertolak belakang. Contohnya ketika revitalisasi Kota Tua—atau lebih tepatnya pembenahan fisik—dimulai, pada saat itu pula pejabat Pemprov DKI—juga anggota dewan yang terhormat—menunjukkan keengganan untuk sekadar menengok kawasan ini. Alasannya terlalu klise dan sama sekali tidak menunjukkan dukungan, yaitu macet.
Maka warga Jakarta dan sekitarnya, bersiaplah menanti kejutan apa yang akan dilakukan Susi terhadap bangunan kesayangannya itu. Tentunya, perubahan besar-besaran ini sedikit banyak bisa menjadi pelajaran buat pemerintah, bahwa revitalisasi bukan cuma memberi gincu tapi memberi napas kehidupan yang baru bagi gedung dan kawasan.
Bangunan galangan kapal di masa Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) ini berada tak jauh dari Pelabuhan Sunda Kelapa, sebuah titik di mana Jakarta bermula. Persis di seberang VOC Galangan, berdiri pula bangunan serupa yang kemudian menjadi Museum Bahari.
Pemandangan di kafe ini membawa kita ke keindahan suasana masa lalu. Tembok setebal 40 cm peninggalan Belanda terlihat masih utuh. Beberapa sisi dimodifikasi agar memberi kesan kuno. Kayu-kayu penyangga, termasuk gelagar, masih terlihat kokoh walau sebenarnya rayap mulai menggerogoti di beberapa bagian. Sayang memang, lingkungan di sekitarnya tak digubris pemerintah. Tak lama setelah matahari tenggelam, kawasan itu langsung sunyi senyap.
Galangan kapal ini sudah beroperasi sejak 1632. Compagnies Timmer en Scheepswerf (Bengkel Kayu dan Galangan Kapal Kompeni) ini berdiri di atas tanah urukan di tepi barat Kali Besar ketika Ciliiwung diluruskan mulai dari Pintu Kecil sampai ke Pasar Ikan.
Dalam buku Galangan Kapal Batavia Selama Tiga Ratus Tahun yang ditulis Adolf Heuken dan Grace Pamungkas, tertulis bahwa sampai penutupan Ciliwung di Glodok (1920), Kali Besar ini menyalurkan air Ciliwung ke Pasar Ikan . Tetapi kini hanya Kali Krukut yang mengalirkan air ke Kali Besar. Kebakaran besar yang terjadi pada tahun 1721 diyakini merusak sebagian kompleks galangan kapal.
Dalam buku itu penulis juga mengungkapkan, galangan kapal digunakan untuk memperbaiki kapal-kapal besar dan kecil. Walaupun sejak tahun 1618 perbaikan kapal besar sudah dipusatkan di Pulau Onrust, perkakas kerja, material, dan tukang tetap diatur dari galangan kapal. Tempat ini juga berfungsi sebagai penyimpanan sebagian besar barang keperluan bengkel.
Sumber: Warta Kota, Senin, 29 September 2008.
http://www.arsitekturindis.com/?cat=9
Diposting oleh Amin Suyuthi Label:

manfaat pare untuk kesehatan Manfaat pare selamai ini mungkin banyak diketahui dari mulut ke mulut. Namun, tahukah Anda bahwa bangsa Cina telah mengetahui manfaat pare sejak dulu. Bangsa Cina banyak menggunakan pare untuk mengobati diare, demam, hingga mengatasi keracunan makanan.

Manfaat Pare Sebagai Penangkal Sel Kanker

Salah satu manfaat pare untuk kesehatan adalah dapat menjadi penangkal sel kanker. Hal ini telah dibuktikan dalam suatu penelitian di Jepang. Dalam penelitian tersebut, digunakan beberapa tikus yang diinjeksi sel kanker kemudian diinjeksi dengan ekstrak pare. Setelah mereka mengamati perkembangan sel kanker dalam tubuh tikus tersebut, hasilnya menampakkan bahwa sel kanker yang di injeksi berhenti berkembang.
<p>Your browser does not support iframes.</p>
Hasil penelitian tersebut menunjukkan manfaat pare sebagai penangkal sel kanker. Manfaat ini dapat diperoleh karena pare mengandung zat lesichin yang dapat meningkatkan kekebalan untuk menangkal perkembangan sel kanker. Tidak hanya itu, pare juga memiliki kandungan beberapa zat yang dapat mencegah sel kanker. Sehingga bagi Anda yang bukan penderita kanker dapat mengonsumsi pare untuk mencegah serangan kanker.
Selain sebagai penangkal sel kanker, manfaat pare untuk kesehatan yang lain adalah untuk menurunkan kadar gula. Manfaat pare ini juga diketahui dari hasil penelitian menggunakan beberapa tikus. Tikus-tikus tersebut diberi makanan dari ekstrak pare. Setelah mereka mengukur gula darah pada tikus tersebut, diketahui adanya penurunan kadar gula. Hal ini dikarenakan adanya zat insulin pada pare.

Manfaat Pare Bagi Kesehatan

Beberapa zat dalam pare mampu membantu proses perombakan glukosa menjadi energi sehingga kondisi kadar gula yang berlebih dapat dicegah.
Beberapa manfaat pare bagi kesehatan selain yang telah dibahas diatas adalah dapat memperlancar proses pencernaan dan mengatasi sembelit karena kandungan seratnya yang banyak.
Pare juga memiliki kandungan vitamin C, kalium, dan karoten. Vitamin C dalam pare bermanfaat untuk memperkuat daya tahan tubuh, menjaga kulit dari sinar ultra violet, dan mencegah kerutan di wajah. Zat karoten sangat berguna untuk kesehatan mata. Sedangkan Zat kalium dapat mengatasi hipertensi.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian oleh peneliti Jepang, diketahui manfaat pare sangat baik sebagai antioksidan yang dapat menangkal serangan radikal bebas.
sumber: http://turunberatbadan.com/2560/manfaat-pare/
Diposting oleh Amin Suyuthi Label:

Tips Diet SehatTips diet sehat – kita pasti tahu kata kunci untuk tips diet sehat, yaitu pola makan dan olahraga, sepertinya memang sangat sederhana, namun bisa berarti juga banyak tips diet yang harus anda jalankan. Berikut ini tips diet sehat terbaik yang kami rangkum dari para ahli:

Tips Diet Sehat Terbaik

Tips Diet Sehat 1: Perbanyak air putih dan jangan minum minuman berkalori. Kita kadang tidak bisa membedakan antara rasa lapar dan rasa haus. akhirnya tidak jarang berakhir dengan meminum minuman berkalori. Jika Anda tidak suka minum air putih maka tips diet yang dapat anda lakukan adalah tambahkan air putih tadi dengan air jeruk, ataupun teh, minuman ini bisa dibilang tanpa kalori.
Tips Diet Sehat 2: Pikirkan tentang apa yang dapat Anda tambahkan ke program diet sehat Anda, bukan apa yang harus Anda ambil untuk diet. Mulailah dengan berfokus untuk mengambil 4-9 macam buah buahan. Kedengarannya buah yang anda makan untuk diet sehat sangat banyak, tapi ingatlah bahwa ini bernilai sangat baik karena pada saat yang sama Anda berhasil memenuhi target dengan memakan 4-9 macam buah maka Anda juga telah memenuhi kebutuhan serat dan pasti mengenyangkan. Dengan makan buah buahan tersebut Anda tidak akan mengalami makan berlebihan, karena buah buahan dan sayuran tadi cukup untuk menggantikan lemak dalam makanan. Dan belum lagi manfaat kesehatan dari tips diet sehat dengan mengkonsumsi lemak dan makanan.
Tips Diet Sehat 3: Pertimbangkan apakah anda bener bener lapar atau hanya sekedar lapar mata. Setiap kali anda makan, cobalah mencari tanda tanda fisik dari lapar untuk menunjukkan kepada diri Anda bahwa Anda benar benar lapar. Lapar adalah cara tubuh Anda memberitahu bahwa Anda perlu bahan bakar, sehingga ketika keinginan untuk makan tidak muncul dari rasa lapar yang sebenarnya, maka makan tidak akan memuaskan Anda. Perut hanya seukuran kepalan tangan Anda, sehingga hanya memerlukan sedikit makanan untuk mengisinya dengan nyaman. Tips diet sehat ini sederhana namun anda perlu melatihnya agar bener benar benar bisa membedakan antara rasa lapar yang sebenarnya dan lapar mata.
Tips Diet Sehat 4: Jadilah orang yang memilih makanan ringan di malam hari. Makan makanan ringan paling sering terjadi setelah makan malam, ketika Anda akhirnya duduk dan bersantai. Sambil duduk dengan sekantong kripik dan kue di depan televisi adalah contoh amnesia akan makanan, dimana anda makan tanpa disadari bahwa anda tidak benar benar lapar. Untuk mengatasi Amnesia makan anda dapat coba dengan menutup dapur setelah jam tertentu. Cara lain untuk mengurangi amnesia makanan dapat anda coba dengan kue rendah kalori (kurang dari 100 kalori) untuk kemudian jika Anda telah merasa puas perlahan lahan harus anda kurangi sampai akhirnya Anda merasa cukup dengan secangkir teh nol kalori.
sumber:http://turunberatbadan.com/535/tips-diet-sehat/
Diposting oleh Amin Suyuthi Label:


Biasanya postingan terbaru akan ditampilkan dihalaman utama blog. Namun jika postingan kamu terlalu panjang maka hal tersebut akan membuat penuh halaman utama. Jika kamu ingin supaya postingan kamu yang ditampilkan dihalaman utama cuma abstraksinya saja kemudian ada sebuah link Read More / Baca Selengkapnya untuk melihat selengkapnya maka ikutilah langkah-langkah berikut :

1. Buka menu Layout kemudian pilih Edit HTML.
2. Kasih tanda cek (centang) pada cekbox "expand widget template"
3. Cari kode berikut di Template blog kamu (tempatnya kira-kira pada 1/4 bagian bawah kode hmtl) :

<p><data:post.body/></p>

4. Kalau sudah ketemu, Ganti kode kode tersebut sehingga menjadi seperti ini:

<b:if cond='data:blog.pageType == "item"'>
<style>.fullpost{display:inline;}</style>
<p><data:post.body/></p>
<b:else/>
<style>.fullpost{display:none;}</style>

<p><data:post.body/></p>

<a expr:href='data:post.url'>Read More......</a>
</b:if>

Tulisan "Read More....." itu bisa kamu rubah, misalnya jadi "Baca Selengkapnya".

5. Simpan hasil pengeditan.
6. Kemudian pilih menu Setting lalu pilih Formatting
7. Pada kotak Post Template isikan kode berikut:

<span class="fullpost">


</span>


8. Kemudian Simpan.
9. Ketika memposting, kan disana ada 2 tab pilihan tuh, yang "Compose" dan "Edit Html", Nha km pilih Yang "Edit HTML", Maka secara otomatis akan tampak kode seperti berikut :

<span class="fullpost">


</span>


10. Letakkan abstraksi posting atau artikel yang akan ditampilkan dihalama utama (sebelum tulisan "Redmore") diatas kode ini : <span class="fullpost"> sementara sisanya yaitu keseluruhan posting letakkan di antara kode <span class="fullpost"> dan </span>
11. Ini yang paling penting diantara semua proses diatas yaitu ..... Selesai..... he..he..he.. :D
Selamat Mencoba...
sumber: http://trik-tips.blogspot.com/2007/12/cara-membuat-read-more-baca.html
Diposting oleh Amin Suyuthi Label:
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2010 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2010 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2010 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. Provided By Free Website Templates | Freethemes4all.com
Free Website templatesFree Flash TemplatesFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates